5 Days Chilling at Home

Terhitung sejak Hari Sabtu kemarin, 22 Maret 2020, aku #dirumahaja. Bukan dalam rangka work from home (karena kantorku di Bekasi ga ada kebijakan tersebut) tapi aku emang ambil cuti 2 hari antara libur Isra Miraj dan Nyepi. Besok working f harder lagi cuuy.

Alasan kenapa ambil cuti selain karena memang kantor ga ada WFH, juga dalam rangka mensukseskan program social distancing untuk pencegahan penyebaran covid-19 yang dalam dua minggu ini sukses bikin aku super anxiety. Aku biasanya ga pernah marah-marah ataupun nangis di kantor tiba-tiba jadi ngegas, yang setelah kurenungkan lagi, ngapain gue marah-marah yha. Selain itu ku juga ternyata get my period faster than usual, OH PMS ternyata hehe. Aku jadi merasa literally butuh social distancing both mentally and physically.

Selain itu belakangan ada keluhan sakit punggung dan otot dada huhu. Terus kayak sering ada dorongan mau sendawa tapi susah keluar gitu jadinya sesak. Udah lama sih. Awal tahun sempet nyoba berenang eh abisnya itu sakit parah tulang-tulang rusukku kayak remuk :(. Terus kalau baru sampai kantor dan duduk pasti rasanya sesek banget. Lagi ikhtiar dulu memperbaiki postur badan dengan meninggikan layar komputer dan laptop agar sejajar mata, duduk tegap, dan kayaknya harus stop dulu bawa-bawa ransel laptop di punggung. Banyak-banyakin minum juga lumayan bantu ternyata (emang teguran badan buat banyak minum ini sih). Ibu pernah bilang cari dalaman kaos yang bisa support punggung. Sama kayaknya aku mesti diet (?). Terus ngebiasain tidur tanpa kipas angin, entah kenapa curiga sering angin-anginan juga berpengaruh. Aku sering juga motoran tanpa jaket karena Bekasi panas, my bad :'). Kalau situasinya sudah agak kondusif pingin konsultasi ke dokter atau terapis juga sih becausee lumayan ganggu kegiatan sehari-hari

Lima hari ini dipakai istirahat dan rutinin stretching-stretching liat dari yutub. Lumayan sih rasanya hari ini lebih chill, ga terlalu anxiety atau tersugesti sesek liat berita covid-19. Selain itu, mencoba chilling dengan menuntaskan rencana rapi-rapiin materi dari kelas SRT dan ngaplod ke gdrive. Ya mayanlah nyicil pr-pr non kerjaan yang tertunda walaupun banyaknya sih rebahan dan masak-makan-masak-makan-socmed. Cuma belum sempet ngerjain wacana ngapdet porto.

Okay then, mau lanjut chilling sambil minum air jahe+cengkeh+madu+lemon setelah ibu wanti-wanti nyuruh minum yang anget-anget dan cengkeh.
on Selasa, Maret 24, 2020 by Fauziyyah Khairunnisaa | Leave a comment 

Baby Faced Beauty

Dulu sekali jaman masih kuliah, aku pernah nonton korean drama judulnya Baby Faced Beauty. Dalam ceritanya si tokoh utama sudah berumur 29 tahun namun wajahnya terlihat lebih muda dari umurnya. Karena itulah dia bisa mengikuti magang di sebuah perusahaan fashion dengan menggunakan identitas adiknya. Adiknya sendiri yang mengatur semuanya dan memaksa si tokoh utama untuk mau berpura-pura menjadi wanita umur 20an yang baru lulus dan magang.

Baby Faced Beauty

Ada satu hal yang aku ingat dari tokoh utama ketika dia menggumam iri pada anak-anak yang masih muda. Masih punya banyak kesempatan untuk mencoba banyak hal. Sedangkan untuk wanita seumuran dia mungkin sudah bukan "waktunya" lagi. Boro-boro mengejar cita, bahkan cinta pun sudah ga kepikiran.

Hari ini aku berumur 28 tahun yang mana udah ga muda lagi tentunya :p. Belakangan lagi suka nonton Indonesian Idol dan banyak pesertanya yang masih umur 16-18 tahun. Ya ampuun 10 tahun dari aku! Jujur, aku pun memikirkan hal yang sama dengan tokoh utama. Kayak iri dan pengen deh jadi muda lagi hehehe. Terus aku jadi inget percakapan tempo hari dengan seorang teman yang bilang dia setiap hari ulang tahunnya justru merasa insecure karena merasa belum berbuat banyak. Hm, FOMO?

Tapi belakangan di twitter juga banyak yang bilang bahwa orang Asia, atau Indonesia khususnya, punya standar tinggi tentang pencapaian. Umur 30 tahun harusnya sudah menikah lah, sudah punya aset dan tabungan sekian lah, dsb. Sebenernya positif aja sih kalau sedari muda sudah banyak pencapaian namuuun ga semua orang punya pace yang sama jadi sebenernya it's okay aja sih kalau di umur yang udah ga muda kamu baru sampai titik ini. Asalkan jangan berhenti bergerak aja, ya ga sih?

Eniwei, tokoh utama Baby Faced Beauty juga dapet happy ending loh. Walaupun di tengah-tengah episode dia sempat ketahuan dan akhirnya menghancurkan segalanya, ternyata dia masih bisa berkarya dengan identitas aslinya, dan juga bisa mendapatkan cinta, ehe. Intinya sih film ini ngajarin bahwa sebenernya ga ada kata terlambat untuk berkarya, asalkan kita tetep gigih dan mau bergerak.

Jadi, semoga kita juga bisa dapet happy ending, bisa merasakan self fulfillment, sesuai kecepatan masing-masing. Dan tentunya untuk muslim-muslimah mah happy endingnya semoga sampai ke jannah. Aamiin.

Komitmen

Hari ini setelah mandi pagi tiba-tiba aja kepikiran temen gue yang selain kerja jadi staf arsitek di salah satu konsultan di Jakarta, doi juga ngajar anak SD. Kebetulan gue lagi mikir apa ya pekerjaan tambahan yang bisa menambah pundi-pundi tabungan. Gue punya rencana yang akan memakan biaya banyak di akhir tahun 2020. Bukan, bukan nikah hehehe. Tapi rencana tersebut akan dilaksanakan kalau ternyata gue belom nikah sampai akhir tahun 2020 sih.

Gue mikir, apa gue coba nawarin les privat SMP-SMA ya, kebetulan kangen juga sih sama matematika. Walau gatau sih pasaran anak jaman sekarang masih laku ga ya les privat? Kan sekarang banyak bimbel online juga. Yaudah coba dulu aja, akhirnya gue bikin iklan di whatsapp stories.

Ga ada yang nanggepin sih soalnya lingkar pergaulanku emang ga ada/ga ada yang punya anak SMP-SMA juga deh kayaknya 😆. Tapi ada yang bikin "deg" gitu ketika ada senior ogut tanya: emang ga cape?

Yha juga sih ya. Setelah gue pikir-pikir, gue tuh selama ini agak bermasalah sama pekerjaan di luar main job di kantor, alias suka ga bisa komitmen gitu (my bad 😬). Suka ga bisa nolak, suka kepingin ambil proyek-proyek di luar main job tapi ternyata ga punya kapasitas, pas diambil malah stress sendiri. Mungkin juga sebenernya karena udah cape tapi terlalu maksain, jadi ga amanah deh.

Kalau kata Mark Manson harusnya komitmen itu bisa memberikan freedom feeling karena kamu ga lagi terdistraksi dengan hal-hal yang kurang penting atau pilihan yang sembrono. Kalau jadinya ga amanah artinyaaaa mungkin kamu ga bisa komitmen cha.



Akhirnya ga lama, iklannya gue take down dong. Hahaha. Intropeksi deh, kali aja selama ini rezeki gue ketahan gara-gara gue ga amanah sama sesuatu ya, huhu maafkan. Kalau punya free time mendingan dipakai apa kek, baca buku, baca quran, ibadah sama Allah swt biar hatinya ga kering. Soal rezeki balikin lagi ke Allah dengan tetap berusaha yang terbaik. Aamiin.

Kota Cinema Mall: Pengalaman Nonton di "Gedung Bioskop"

Kapan terakhir kali nonton di "Gedung Bioskop"? Kebanyakan bioskop-bioskop jaman sekarang, terutama di kota besar, ada di dalam mall. Terakhir saya nonton di gedung bioskop yang independen kayaknya waktu saya SD. Tempatnya di Bioskop 21 Kopo, Bandung.

Kemarin waktu lagi cari-cari jadwal film di Go-tix, muncul provider bioskop baru, namanya Kota Cinema. Sebenernya pernah tau sih dari temen kantor tentang bioskop ini dan katanya tempatnya bagus. Akhirnya belilah tiket di Go-tix untuk nonton disana.

Kota Cinema Mall

Tempatnya di Jatiasih, salah satu kawasan suburban di Kota Bekasi. Memang sepertinya bioskop ini menyasar warga suburban yang biasanya harus menempuh jarak yang cukup jauh ke mall di pusat kota. Jalan untuk menuju Kota Cinema ini ga besar, bener-bener di kawasan suburban yang didominasi kawasan perumahan dan kampung-kampung. Orang-orang yang dateng kesini aja bisa naik motor ga pake helm. Tentunya jangan ditiru 😅.

Berdiri di kawasan seluas 1 hektar, Kota Cinema Mall ini terdiri dari 2 gedung bioskop dan area foodcourt di plazanya. Walaupun namanya mall, tapi disini bukan pusat perbelanjaan seperti mall pada umumnya. Benar-benar hanya gedung bioskop yang independen dan foodcourt sebagai pelengkapnya. Jadi ga perlu ada acara cuci mata berujung belanja, hemat!

Suasana dari depan
Ada suasana yang berbeda saat masuk ke dalam gedungnya. Mungkin karena biasa ke bioskop di dalam mall yang settingan pencahayaannya dengan lampu yang sudah semi redup (meski siang), agak sedikit awkward ketika masuk di area lobi/ticket box. Desain fasad (tampak muka) gedungnya memang didesain full of glass jadi terang benderang, which is actually good karena memanfaatkan pencahayaan alami. Much greener, isn't it?

Fasad didominasi material kaca
Gedung pertama terdiri dari 2 lantai. Di lantai pertama berisi ticket box, concession -kalau mau pesan cemilan nonton, resto bento jepang, dan studio 1-2. Lantai ke-2 ada area dining. Gedung kedua cuma ada 1 lantai isinya ticket box, concession, game center, dan studio 3-6. Yang kurang saya suka, gedung pertama dan kedua ini ga terhubung. Jadi kalau mau pindah gedung mesti keluar lewat selasar teras. Agak bingung awalnya karena film yang mau saya tonton di studio 2 yang ada di gedung pertama, sedangkan saya masuk ke gedung kedua. Secara ruang juga kurang efisien ya karena jadi ada double ticket box dan concession. Entahlah, mungkin perencanaan awalnya ga ada gedung kedua. Saya gatau apakah penjualan tiketnya juga jadi terpisah antara studio 1-2 dan studio 3-6.

Area dining di Gedung 1

Lobi Gedung 2

Game Center di Gedung 2
Kalau dari segi kualitas studionya saya kira ga kalah dengan provider-provider senior. Studionya lebih kecil sih dan desainnya basic, sesuai harganya (tapi saya pernah dapet studio yang lebih kecil dengan harga yang mahal sih di Bandung huhu). Audio visual oke, tempat duduk juga nyaman. Yang bikin kurang nyaman, karena pintu masuknya di depan kursi penonton, jadi kalau keluar masuk orang agak ganggu sih. Dari segi range pengunjung beragam banget ya. Tapi sayang, masih aja ada pengunjung yang ga jaga kebersihan di dalam studio. Selesai nonton, di barisan kursi saya berhamburan sampah cemilan, hmm barbar sekali. Btw, meskipun disana-sini ada tulisan dilarang bawa makanan dari luar, tapi ga ada pengecekan semacam di CGV. Harga tiket juga berkisar di harga 25rb-35rb.

a little peek inside the studio, bisa tebak film apa?
Plaza foodcourt-nya luas dan pilihan makanannya lengkap. Sistem bayar ala pujasera (one cashier): pesan di kedai, bayar ke kasir, ambil pesanan di kedai/diantar. Harga makanan relatif murah dibanding makan di mall. Bisa pakai gopay dan dapat cashback 30%, hemat!


Suasana foodcourt


Ada mushola dekat tempat parkir. Tempat parkirnya cukup luas tapi kayaknya agak overload kalau weekend. Sayangnya ga ada petugas parkir di area motor, jadi mesti mindah-mindahin sendiri motor yang parkir menghalangi. Herannya padahal motor saya diparkir di posisi yang "aman" tapi pas balik posisinya melintang ga karuan 😅. Kelebihannya, tarif parkirnya flat: motor Rp 2000, mobil Rp 4000. Jadi ga khawatir ongkos parkir membengkak kalau lama-lama nongkrong disini.

Overall, pengalaman yang baru untuk nonton di gedung bioskop independen, terlebih lokasinya yang di dekat di pinggir kota jadi untuk warga suburban seperti saya ga mesti jauh ke kota. Bisa jadi alternatif hangout juga dengan harga makanan yang enak di kantong.

Pros:
1. Bisa lebih hemat dibanding ke mall
2. Sudah masuk jaringan gopay jadi bisa dapet benefitnya
3. Foodcourt nyaman, menu lengkap, aman di kantong
4. Tarif parkir flat

Cons:
1. Parkirannya ga ada petugas jadi mesti mandiri
2. Dua gedung yang ga terhubung jadi untuk pertama kali agak awkward dan bingung. Lebih baik jika ada sign pengarah.
Posted in  on Sabtu, Januari 19, 2019 by Fauziyyah Khairunnisaa | 2 comments 

About Me


Fauziyyah Khairunnisaa. kelahiran tahun 1991. Biasa dipanggil Icha. Arsitek muda yang senang jalan-jalan, makan, dan memperhatikan kegiatan orang-orang. An introvert who enjoy solitude tapi juga senang ketemu orang-orang. Senang memikirkan hal-hal random sampai-sampai overthinking.

Kenapa post lama dihapus? Ngga dihapus kok. Cuma sengaja di-archive semua supaya lebih brand new aja. Hehehe. Enjoy!

Jalan-jalan ke Hongkong: Hongkong International Airport's Midfield Concourse & Terminal 1

Maret 2016 lalu, saya bersama SAB berkesempatan mengunjungi Hongkong sebagai "bonus akhir tahun" dari SAB, horrayy! Kira-kira Agustus 2015 lalu, ada promo tiket pesawat ke Hongkong yang murah, akhirnya diputuskan untuk field trip kesana sekaligus untuk memperluas wawasan arsitektural #asik. Dan ini adalah kali pertama saya menggunakan paspor saya alias pengalaman pertama keluar negeri setelah membuat paspor sejak kapan tau. Hehe..

Kami menggunakan maskapai penerbangan AirAsia dengan transit di KLIA 2 sebelum terbang lagi menuju Hongkong International Airport. Perjalanan dari Cengkareng menempuh waktu kira-kira 8 jam dengan 2 jam transit.

(@arfrakim)

Hongkong International Airport facts: It is located on the island of Chek Lap Kok, which largely comprises land reclaimed for the construction of the airport itself. The airport is the world's busiest cargo gateway and one of the world's busiest passenger airports. It is also home to one of the world's largest passenger terminal buildings (the largest when opened in 1998). -wikipedia
 
di midfield concourse (@arfrakim)
Bandara Hongkong itu luas sekali. Selain yang ada di terminal 1, gate-gatenya juga terbagi ke dua concourse lainnya. Waktu itu gate kita ada di midfield concourseTerminal 2, Terminal 1, dan Midfield Concourse dihubungkan dengan Automated People Mover (APM) berupa subway. Jadi, dari midfield concourse ini kita menggunakan subway ke terminal 1. Canggih ya sirkulasinya kalau bandaranya luas :o

Layout Hongkong International Airport (wikipedia)
breakdown Hongkong International Airport (flightsnation.com)

Eskalator menuju subway hall di Midfield Concourse (@arfrakim)


Eskalator dari subway hall menuju imigrasi & arrival hall di terminal 1 (@arfrakim)
Untuk menggunakan transportasi di Hongkong, wajib banget punya Octopus Card. Octopus Card ini bisa didapatkan di Airport Express Customer Service di arrival hall. Harganya HK $ 150, dengan HK $ 50 sebagai deposit. Kami memutuskan naik airport bus yang rutenya lewat ke tempat kami menginap di Mong Kok, Kowloon Island. Airport Bus ada di sayap selatan pintu keluar terminal 1.

(@arfrakim)


to be continued..
on Minggu, Oktober 30, 2016 by Fauziyyah Khairunnisaa | Leave a comment 

Mengurus Mutasi Kendaraan Bermotor di Jabar

Buat teman-teman yang berdomisili asli Jawa Barat, sudah tau dong sekarang Pemprov Jabar sedang menggratiskan biaya mutasi/balik nama kendaraan bermotor? Pemprov Jabar juga membebaskan denda pajak untuk yang menunggak pajak kendaraan bermotor sebagai bentuk "amnesti pajak"-nya Pemprov Jabar. Dendanya saja ya yang dihapuskan, jadi cuma bayar pokok dan admin saja. Ini hanya berlangsung dari 17 Oktober 2016 - 24 Desember 2016. Jadi buat warga Jabar, hayu dimanfaatkan!

Kemarin saya baru saja selesai mengurus mutasi motor matic saya. Jadi setahun lalu saya membeli motor matic bekas bibi saya, tapi ga langsung urus balik nama karena waktu nanya ke samsat, lumayan mahal sekitar 600rb-an biayanya, belum ditambah pajaknya kan. Karena nyicil ke bibi juga belum beres waktu itu (sekarang mah udah, heuu) jadi yaudahlah nyantai kan masih saudara juga. Tapi ribet juga sih kalau mau bayar pajak harus pinjem KTP mamang saya dulu karena motornya atas nama beliau.

Mumpung gratis + sudah waktunya bayar pajak tahunan, yo wes sekalian aja. Saya mutasi dari Padalarang ke Cimahi. Berikut step-stepnya ya.

Hari 1: Datang ke SAMSAT sesuai domisili Pemilik Awal

Pertama yang dilakukan adalah datang ke SAMSAT pemilik awal. Kalau saya, ke SAMSAT Padalarang (jauuh). Kelengkapan yang harus ada adalah:

1. KTP asli yang akan dibalik nama, which is KTP saya.
2. STNK asli
3. BPKB asli
4. Kwitansi Pembayaran bermaterai. Kalau ga ada, jangan khawatir, karena biasanya bisa beli di tempat fotokopi, tinggal kamu isi dan tandatangan sebagai (bisa dibilang) formalitas.

Semua dimasukan ke map warna biru (bisa beli di tempat fotokopi). Lalu datang ke loket mutasi keluar. Nanti berkasnya akan diperiksa sebentar. Karena Padalarang dan Cimahi masih dibawah satu Polres, jadi saya langsung diminta ke cek fisik. Kalau selain itu, biasanya dikasih stiker khusus untuk cek fisiknya, kayak ada hologramnya gitu deh.

Buat yang gatau, cek fisik itu semacam nanti nomor seri motor dan nomor seri mesinnya digesek ke stiker sama petugas cek fisiknya, terus nanti formnya di cap/ditandatangan ke loket cek fisik. Oh ya dikasihkan bersama berkas lainnya karena sekalian diperiksa.

Setelah itu, semua berkas (KTP asli, STNK asli, BPKP asli, Kwitansi asli, dan Form Cek Fisik) difotokopi sebanyak 2 kali, masukan ke map. Lalu datang lagi ke loket mutasi keluar. Semua berkas asli dan fotokopi akan dicek. Sehabis dicek, petugas loket akan memberi nomor rekening untuk pembayaran administrasi mutasi sebesar Rp 75ribu. Bayar di Bank BRI yang ditunjuk, lalu slip pembayarannya diberikan ke loket mutasi keluar tadi. Petugas akan memberikan map yang isinya berkas asli (KTP, STNK, BPKP, Kwitansi, Form Cek Fisik), form fiskal, dan satu map lagi berkas pajak tahun lalu (eh entah sih, apa ini semua berkas terakhir yang ada di samsat sebelum dimutasi).

Hari 2: Datang ke SAMSAT sesuai domisili Pemilik Baru

Hari kedua, datang ke SAMSAT pemilik baru, which is SAMSAT Cimahi kalau saya. Berkas yang diperlukan adalah:

1. Map dari SAMSAT awal
2. Form Mutasi (SPPKB), yang bisa diminta ke bagian formulir, kalau di Cimahi kemarin formulirnya ada di bagian informasi. Diisi sesuai contoh yang biasanya ada di tempat pengisian formulir.
3. Form Cek Fisik. Digesek lagi seperti yang saya ceritakan di hari 1.
4. Slip pembelian buku BPKB, biaya buku BPKB dibayar di BRI yang ditunjuk (tanya ya ke bagian informasi), biasanya ada di Polres yang membawahi. Harga BPKB motor adalah Rp 80rb sedangkan mobil Rp 100rb.

Semuanya difotokopi 2 kali, lalu diberikan ke loket mutasi masuk. Petugas akan mengambil copy-an berkas + slip pembayaran buku BPKB asli dan dimasukan ke map khusus. Lalu berkas lainnya dikembalikan ke kita dan kita dikasih nomor kendaraan baru (hiks, bye-bye XT). Kemudian, datang ke bagian pendaftaran BBN, nanti kita akan dikasih form tanda terima berkas, lalu tinggal menunggu dipanggil oleh loket pembayaran. Disitu kita akan bayar pajak, kayaknya sih sesuai aja dengan terakhir kita bayar pajak kapan, kalau saya sih karena pas setahun jadi ga jauh beda dengan pajak sebelumnya, yaitu sekitar Rp 274rb.

Setelah bayar, kita tinggal menunggu dipanggil oleh loket penyerahan. Dan voila! STNK baru kita jadi. Fotokopi 1 kali, lalu datang ke loket mutasi masuk untuk minta resi BPKB. Resi BPKB digunakan untuk mengambil BPKP, kira-kira 2 minggu setelahnya. Ambilnya di Polres bagian pelayanan BPKB ya. Kemudian dari loket mutasi, jangan lupa datang ke workshop TNKB untuk mengambil plat nomor kendaraan baru. Nanti dipasangin juga kok sama abang-abangnya, dan plat lamanya juga ditarik. Yhaa padahal buat kenang-kenangan....

Tamat.

Panjang ya prosesnya. Antara ribet-ga ribet, karena kalau tau stepnya sesungguhnya kita ga perlu bolak-balik.

Tips-tips

1. Datang pagi jam 7 sebelum buka, dan langsung antriin kendaraan di bagian cek fisik. Karena bagian ini yang cukup time-consuming kalau antrinya belakangan. Bisa-bisa sehari cuma cukup ngurus ini doang.

2. Malu bertanya sesat di jalan, jangan ragu tanya ke bagian informasi atau satpam disana, entah itu nanya langkah-langkah atau make sure kalau berkas yang kamu bawa udah benar, kalau ke petugas loket kamu pasti langsung dilempar-lempar karena petugasnya juga banyak kerjaan. Jangan ragu juga tanya bapak-ibu sebelah yang barangkali ngurus hal yang sama.

3. Jangan baper kalau petugasnya jutek. Kebayang ga sih ngurus berapa ratus orang sehari yang bentuknya juga macem-macem.

4. Petugas fotokopi disana juga bisa diandalkan kok, mereka biasanya tau apa aja yang harus difotokopi kalau mau ngurus mutasi. Jadi tinggal kasiin berkas dan tau jadi hahaha.

5. Bawa buku untuk mengisi kekosongan waktu pas ngantri.

6. Sebenernya mungkin aja sih ngurus dalam waktu sehari, tapi better siapin waktu 2 hari karena banyak yang memanfaatkan momen ini, jadi ngantrinya pasti lama dan takutnya keburu tutup loket-loketnya.

Selamat mencoba! :)
on Rabu, Oktober 26, 2016 by Fauziyyah Khairunnisaa | Leave a comment