Semester lalu bersama keluarga etos bandung, kami ramai-ramai mengunjungi Bromo. Ini semua karena ada Nurul, jadi perjalanan ini semakin mudah karena dapet tour guide (ayahnya nurul) sekaligus rumah untuk homestay sebelum berangkat ke Pananjakan untuk lihat sunrise Bromo yang katanya super indah itu. Cihuy!
Berangkat dari stasiun Kiaracondong naik kereta ekonomi sampai Surabaya, 17 jam perjalanan yang cukup bikin pantat kram punggung pegel-pegel karena senderan bangku kereta yang jauh dari ergonomis. Lalu naik bis damri sampai ke Probolinggo, rumah Nurul, besok sorenya berangkat lagi ke Tengger, menginap di rumah saudaranya Nurul. Besok paginya ramai-ramai naik jeep ke Pananjakan. Setelah melihat sunrise di Puncak Pananjakan, barulah turun lagi dengan jeep ke gunung Bromo, jalan lewat padang pasir yang luas, naik ratusan tangga sampai ke puncak Bromo, melihat-lihat kawah sebentar, lalu turun lagi.
Kunjungan singkat Bromo memang tak sepadan dengan perjalanan dari Bandung yang ditotal-total sampai 20 jam kita duduk di kendaraan umum. Tapi tidak mengapa karena semua dibayar oleh manajemen alias gratis! :D
Kalau ga kuat dingin, sangat dianjurkan bawa perlengkapan seperti jaket, syal, kupluk, sarung tangan, dll. Sebelum matahari muncul, udaranya brr, tapi kalau mataharinya sudah naik, menurutku sih cukup panas dan terik. Uap-uap yang terjebak di antara pasir menguap, berjalan disana jadi seperti berjalan di kahyangan :D
Lebih enak sebenarnya kalau kita ga pake sewa jeep karena sewa jeep jamnya dijatah, jadi ga bisa puas-puasin disana. Tapi ya turunnya terpaksa jalan sih kalo ga bawa kendaraan. Kata supirnya sih, kalo lewat jam 10 kabutnya (di jalan turun) bahaya buat pengendara jeep karena menghalangi pandangan. Jadi agak lucu juga sih, di atas panas, tapi pas turun kabutnya tebel dan dingin, hujan rintik-rintik pula.
Dan beginilah Bromo pagi menyambut kami,
Berangkat dari stasiun Kiaracondong naik kereta ekonomi sampai Surabaya, 17 jam perjalanan yang cukup bikin pantat kram punggung pegel-pegel karena senderan bangku kereta yang jauh dari ergonomis. Lalu naik bis damri sampai ke Probolinggo, rumah Nurul, besok sorenya berangkat lagi ke Tengger, menginap di rumah saudaranya Nurul. Besok paginya ramai-ramai naik jeep ke Pananjakan. Setelah melihat sunrise di Puncak Pananjakan, barulah turun lagi dengan jeep ke gunung Bromo, jalan lewat padang pasir yang luas, naik ratusan tangga sampai ke puncak Bromo, melihat-lihat kawah sebentar, lalu turun lagi.
Kunjungan singkat Bromo memang tak sepadan dengan perjalanan dari Bandung yang ditotal-total sampai 20 jam kita duduk di kendaraan umum. Tapi tidak mengapa karena semua dibayar oleh manajemen alias gratis! :D
Kalau ga kuat dingin, sangat dianjurkan bawa perlengkapan seperti jaket, syal, kupluk, sarung tangan, dll. Sebelum matahari muncul, udaranya brr, tapi kalau mataharinya sudah naik, menurutku sih cukup panas dan terik. Uap-uap yang terjebak di antara pasir menguap, berjalan disana jadi seperti berjalan di kahyangan :D
Lebih enak sebenarnya kalau kita ga pake sewa jeep karena sewa jeep jamnya dijatah, jadi ga bisa puas-puasin disana. Tapi ya turunnya terpaksa jalan sih kalo ga bawa kendaraan. Kata supirnya sih, kalo lewat jam 10 kabutnya (di jalan turun) bahaya buat pengendara jeep karena menghalangi pandangan. Jadi agak lucu juga sih, di atas panas, tapi pas turun kabutnya tebel dan dingin, hujan rintik-rintik pula.
Dan beginilah Bromo pagi menyambut kami,
photo by Gantina R, Ayudia G, etc |
0 Comments:
Posting Komentar